* Puisi ini boleh diperbanyak dengan tetap mencantumkan Ayatullah Khomeini sebagai nama pengarangnya.

 

Gairah Pecinta

Oleh : Ayatullah Khomeini

 

Wahai, hati itu bukan hati sama sekali

Yang pada rupawanmu tak cinta

Wahai, sang bijak tak bestari

Yang pada tampanmu tak mendamba

 

Wahai Pecinta, hatinya gairah menyala

Sarwa gairah dalam anggurmu

Kalau bukan gairah belaka

Apa lagi yang hidup ini kandungi

 

Siapa campakkan daku di gurun

Cinta ‘lah padamu, O, sahabatku

Tindak apa lagi dapat selamatkanku

Tak kunjung tampak tepian gurun

 

Jika Pecinta bergairah menyala

Sisikan ayo dirimu segera

Antaramu dan dia apapun tiada

Hanya dinding diri jumawa

 

Jika kau pelancong jalan, Pecinta

Campakkan saj’dah campakkan jubah

Tiada pembimbing, hanya cinta

Dalam cinta, kuyuplah Andika

 

Jika memang pecinta benar

Jangan jadi sufi zahid segala

Karena tak masuk lingkar, Pecinta

Selain kumpulan pecinta saja

 

Kudamba main rambut pilinnya

Apa yang buruk padanya  Apa yang hina

Satu elusan gila satu elusan liar pula

Kecuali kegilaan waras belaka ?

 

Raih tanganku, dan lepaskan

Jiwaku dari kemunafikan jubah ini

Karena jubah ini bukan apa

Selain tempat berlindung si jahil

 

Ilmu dan ‘irfan sisihkan saja

Ke rumah anggur mereka tak bawa

Tapi di tempat istirahat Pecinta

Kepalsuan, pasangannya tiada

 

* * *

 

 

Catatan : Ayatullah Khomeini adalah mantan presiden Republik Islam Iran. Beliau kini telah wafat. Bagi orang kebanyakan, mungkin puisi ini tiada bermakna. Namun bagi para Sufi (kaum pecinta Tuhan), puisi ini menjadi ungkapan hati mereka. Banyaknya cercaan kepada Al-Qur’an, sajadah, dan jubah bukanlah yang sebenarnya. Itu sekedar metafora, bahwa betapa banyaknya orang yang munafik yang memuliakan Al-Qur’an dan sebagainya, padahal itu dijadikan kedok belaka bagi kebusukan hati mereka.